Monday, April 11, 2011

Memerdekakan Kaum Perempuan ‘Perempuan Berpendidikanlah !’


Mengenang sosok seperti R. A Kartini tentunya sebagai perempuan kita sangat bangga. Sebagai wujud mengenang perjuangan beliau, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Karena beliaulah, kini emansipasi perempuan telah dimerdekakan. Perempuan menjadi memiliki peluang yang cukup besar dalam mengambil peran pada setiap aktivitasnya. Perempuan menjadi bebas dalam memainkan hak-haknya sebagai kaum perempuan. Namun ketika saya menyimak berita ‘Putus Sekolah DiDominasi Perempuan’ (KR, 19 April 2010 hal 2), penulis cukup prihatin. Diberitakan bahwa angka putus sekolah dan buta huruf ternyata masih didominasi oleh anak-anak perempuan. Hal itu tentu melengkapi catatan kekerasan yang sering muncul dewasa ini. Baik yang terjadi pada perempuan dewasa, juga anak-anak.


Adakah yang salah dengan diri perempuan kita?. Walau ikrar kesetaraan gender sudah didengungkan dimana-mana. Sepertinya penderitaan bagi perempuan belum cukup sampai disini. Apakah wanita masih dipandang sebagai ‘konco wingking’ oleh kaum laki-laki?, atau bagaimana?. Menurut pengamatan penulis, tentu sudah tidak begitu adanya. Laki-laki sudah mulai mengghormati hak-hak perempuan yang juga memiliki peran yang sama, terkhusus dalam hal berpendidikan. Terlebih juga dalam pemerintahan. Kuota 30 persen telah diberikan untuk perempuan. Artinya, perempuan pun memiliki kesempatan terjun didunia politik. Kesempatan untuk berkarya dan mengembangkan dirinya seluas-luasnya.

Persoalan banyaknya anak perempuan yang putus sekolah, tentunya disebabkan berbagai faktor. Penulis berpendapat bahwa faktor tersebut meliputi faktor sosial, budaya, dan ekonomi. Akan tetapi, nampaknya faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab terjadinya kondisi tersebut. Kondisi ekonomi yang rendah, tentu lebih memperhitungkan laki-laki untuk sekolah ketimbang perempuan. Kondisi ini, dimungkinkan merupakan dampak dari masa lalu, dimana perempuan dewasa banyak yang juga tidak bersekolah. Sehingga pola pikir yang terbentuk juga demikian adanya. Lagi-lagi alasan ekonomi sering menjadi hambatan bagi sebagian besar orang untuk berkarya.

Di Negara yang semakin maju ini, tentu pola pokir bangsa ini pun sudah meluas. Berbagai upaya dari pemerintah dalam mengatasi hal ini tentu sudah banyak diupayakan. Misalnya, dengan berdirinya lembaga-lembaga non formal yang dikhususkan untuk menampung mereka yang tidak tertampung dalam pendidikan formal. Seperti, Balai Latihan Kerja (BLK), progam kejar paket, atau lembaga non formal lainnya.

Di lembaga tersebut, tentunya selain mendapatkan kesempatan untuk berpendidikan, mereka juga diberikan bekal life skill, yang harapannya dapat membantu mereka untuk hidup mandiri kelak. Persoalannya adalah, apakah kesadaran dari tiap individu itu sudah terbangun?. Jika belum, tentu berdirinya lembaga-lembaga diatas tidak akan mampu menyelesaikan masalah tersebut. Ada dua hal yang mungkin terjadi. Bisa jadi banyak orang belum mengetahui keberadaan lembaga-lembaga tersebut, atau orang sudah tahu, akan tetapi kesadaran pribadi yang rendah.

Jika alasannya belum tahu keberadaanya lembaga tersebut, maka, kerja sama dari semua pihak tentu sangat penting. Kepedulian terhadap sesama harus diciptakan. Namun jika disebabkan oleh kesadaran yang rendah, maka sekarang saatnya perempuan bangkit. Perempuan harus menunjukkan dirinya sebagai perempuan yang berwawasan luas, serta berani mengambil sikap dalam menentukan masa depannya kelak. Karena perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Maka, perempuan Indonesia ‘berpendidikanlah !’.

2 comments:

Tingginya Nilai Sebuah Ilmu said...

Hello ujicoba command

habybwachs said...

Las Vegas - casino - DrMCD
Las Vegas Casino is one of the oldest and most luxurious 충청북도 출장안마 gambling operations in the world. It was built by former General Electric Corporation (GE), an Address: 군포 출장샵 2121 S Las Vegas 여주 출장샵 Blvd, 여수 출장안마 Las Vegas, 출장안마 NV, 89109

Post a Comment